Langsung ke konten utama

BAB 8: SIKAP ASWAJA TERHADAP TRADISI DAN BUDAYA LOKAL

Agama dan Budaya: Dua Sahabat Lama

Agama Islam itu bukan budaya, tapi Islam bisa hidup di dalam budaya.
ASWAJA memahami bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia, dengan beragam suku, adat, dan bahasa. Maka wajar kalau cara Islam tampil di Indonesia beda dengan di Arab, Afrika, atau Eropa.

> KH. Hasyim Asy‘ari:
"Agama dan kebudayaan bisa saling memperkuat, selama budaya itu tidak bertentangan dengan prinsip Islam."




---

Ilustrasi Ringan: Sarung, Peci, dan Kopiah

Coba tanya ke orang luar negeri: "Pakaian Islami itu kayak apa?"
Mungkin jawabannya jubah, gamis, atau keffiyeh.
Tapi kalau di Indonesia? Sarung, peci, dan batik malah jadi simbol kesantrian!

> Apakah sarung itu ajaran Islam? Bukan.
Tapi tidak melanggar syariat, dan malah jadi identitas muslim Indonesia.



ASWAJA melihat ini sebagai bagian dari proses Islamisasi budaya, bukan pembudayaan Islam secara dangkal.


---

Tradisi yang Diterima dalam Islam

ASWAJA menggunakan prinsip:

> "Al-‘ādah muḥakkamah" — Kebiasaan bisa menjadi hukum selama tidak bertentangan dengan syariat.



Contoh tradisi lokal yang dirangkul ASWAJA:

Tahlilan: Tradisi doa bersama untuk almarhum, sebagai bentuk empati sosial.

Maulid Nabi: Perayaan kelahiran Nabi sebagai bentuk cinta dan syiar.

Selametan: Tradisi mendoakan keselamatan dengan makan bersama.

Ziarah Kubur: Tradisi mengunjungi makam orang saleh, mengingat mati dan meneladani kebaikannya.


> Imam al-Ghazālī dalam Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn menyebut:
"Ziarah kubur dapat melembutkan hati, mengingatkan akhirat, dan menumbuhkan semangat ibadah."




---

Tradisi yang Ditolak: Kalau Bertentangan dengan Syariat

ASWAJA tegas menolak budaya yang:

Mengandung syirik atau kemusyrikan

Bertentangan dengan akidah Islam

Menyakiti diri atau orang lain

Membuat umat jadi malas berpikir atau taqlid buta


Contoh:

Sedekah laut dengan sesaji ke penunggu laut → Ditolak

Menebar bunga ke makam sambil minta rezeki ke arwah → Dilarang

Pesta adat yang penuh khamr, judi, atau aurat terbuka → Haram



---

Kutipan Ulama ASWAJA dan NU

> KH. Said Aqil Siraj:
"Islam datang bukan untuk menggusur budaya, tapi menyaringnya. Mana yang bertentangan dengan tauhid ditolak, tapi yang baik dilestarikan."



> Gus Dur:
"Islam itu bukan Arab. Maka jangan paksakan semua harus pakai cara Arab. Yang penting substansinya: tauhid, akhlak, ibadah."




---

Kisah: Kiai dan Barongan

Di sebuah desa, warga ingin menghapus tradisi barongan karena dianggap haram. Tapi Kiai kampung bilang:

> "Barongan itu seni rakyat. Selama tidak ada syirik, minuman keras, atau aurat terbuka, malah bisa dijadikan sarana dakwah. Ganti musiknya dengan sholawatan, isi narasinya dengan kisah nabi. Jadi dakwah budaya!"



Akhirnya barongan tetap jalan, tapi diisi nilai-nilai Islam. Anak muda tetap senang, kiai tetap tenang, dan Islam tetap terang.


---

ASWAJA dan Islam Nusantara

ASWAJA adalah roh dari Islam Nusantara, yaitu Islam yang:

Berakidah lurus

Bertasawuf moderat

Menghormati adat dan budaya lokal

Ramah, bukan marah

Merangkul, bukan memukul


> KH. Mustofa Bisri (Gus Mus):
"Jangan bawa Islam seperti membawa pedang. Bawalah seperti membawa pelita."




---

Penutup Bab

Islam dan budaya bisa berjalan beriringan, seperti kuda dan penunggangnya.
ASWAJA memastikan bahwa yang jadi penunggang adalah syariat, bukan sebaliknya.

> "Melestarikan tradisi yang Islami bukan berarti meng-Islamkan semua tradisi."
Tapi menempatkan Islam sebagai penyaring dan penuntun budaya, bukan sebagai musuhnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PMII di Tengah Gelombang Zaman

Oleh: Solikhan, S.Sos Pendahuluan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan berbasis nilai keislaman dan kebangsaan yang telah eksis sejak tahun 1960. Di tengah dinamika zaman yang terus bergulir dengan cepat, mulai dari era revolusi digital, pergeseran nilai sosial, hingga tantangan kebangsaan dan keagamaan, PMII dituntut untuk mampu memosisikan diri secara strategis. Organisasi ini tidak bisa berjalan dengan model lama di era baru. Maka, esai ini akan mengulas posisi, peran, evaluasi, tantangan, serta langkah yang harus ditempuh PMII agar tetap relevan dan progresif di tengah gelombang zaman. 1. Posisioning PMII PMII menempati posisi strategis sebagai jembatan antara idealisme mahasiswa, nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah, dan semangat kebangsaan. Menurut Tilaar (2002), mahasiswa memiliki peran sebagai moral force dan agent of social change, yang dalam konteks PMII harus dibingkai dengan nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin d...

GP ANSOR Makalah PKL Ansor di Purworejo 2019

KATA PENGANTAR Assalamualaikum… Wr. Wb Allahhu akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan dan ilmu kepada penulis , dan tiada pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, rezeki, nikmat, rahmat dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasa, sepatutnya penulis dan kita semua mensyukurinya dengan mengisi kehidupan ini dengan karya yang bermanfaat bagi seisi jagat raya ini, khususnya kepada seluruh peserta dan panitia pelaksana PKL yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Kabupaten Purworejo pada tanggal 30 Agustus s/d 1 September 2019. Alhamdulillah pada kesempatan ini  penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Adapun didalam makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor. ...

ASWAJA SEBAGAI MANHAJUL FIKR WAL HAROKAH

(Disusun oleh : Solikhan) Disampaikan pada PKD PMII Komisariat Nusantara UMNU Kebumen Kamis, 8 Agustus 2019 di Bumi Perkemahan Widoro Pokok bahasan Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultur kemunculan Ahlussunnah wal Jama'ah dan proses pelembagaan madzhab Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai doktrin Sanad ke-Islaman dalam ajaran yang benar, yang dijalankan oleh Rosulullah SAW dan para sahabat, Tabiin, Tabiit-tabiin, Ulama, dst PMII sebagai organisasi pewaris Sanad Ajaran Islam yang benar, didirikan oleh ulama dan mendapatkan mandat untuk memperjuangkan Islam Aswaja di Kampus Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai Manhajul Fikr (Metode berfikir) dan sebagai Manhajul Harokah (Metode bergerak) Memahami kerangka berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah yang dinukil dari perjalanan para Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Memahami dan mengimplementasikan metode berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah dalam berdakwah dan menyikapi persoalan Geo-Ekosospol عن عبد ال...