ASWAJA: Tiga Jalur Satu Tujuan
ASWAJA ibarat tripod kokoh. Ia berdiri di atas tiga pilar utama:
1. Aqidah (العقيدة) – keyakinan kepada Allah dan segala yang wajib diyakini
2. Fikih (الفقه) – aturan ibadah dan muamalah
3. Tasawuf (التصوف) – penyucian jiwa dan akhlak
> قال الإمام الغزالي: "الطريق إلى الله تعالى لا يمكن أن يُسلك إلا بعلم وعمل وحال."
"Jalan menuju Allah tidak bisa ditempuh kecuali dengan ilmu, amal, dan keadaan (spiritualitas)."
(Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn)
1. Aqidah: Jalan Keyakinan yang Kokoh
Aqidah dalam ASWAJA dipandu oleh dua imam agung:
Imam Abū al-Ḥasan al-Asy‘arī (الأشعري)
Imam Abū Manṣūr al-Māturīdī (الماتريدي)
Mereka menyatukan dalil naqli dan aqli, menghadapi ekstremisme dalam teologi, dan membela kemurnian Islam.
> قال الإمام النووي: "مذهب أهل الحق أن أفعال العباد مخلوقة لله تعالى، وهي كسبٌ لهم."
"Mazhab yang benar adalah bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh Allah, namun tetap merupakan usaha (ikhtiar) mereka."
(Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim)
ASWAJA mengajarkan akidah dengan pendekatan ilmiah dan penuh adab, jauh dari ekstrem kanan-kiri yang mudah menyesatkan orang lain.
---
2. Fikih: Jalan Tunduk kepada Syariat
ASWAJA memegang teguh empat mazhab fikih besar:
Ḥanafī, Mālikī, Syāfi‘ī, dan Ḥanbalī
Mayoritas umat Islam Indonesia mengikuti mazhab Syāfi‘ī, yang sangat memperhatikan adab dan keilmuan dalam berfatwa.
> قال الإمام النووي: "من استفتى غيرَ الثقة في دينه، فقد غرَّر بدينه."
"Siapa yang meminta fatwa dari orang yang tidak terpercaya dalam agamanya, maka ia telah mempertaruhkan agamanya sendiri."
(al-Majmū‘)
Ulama ASWAJA mengajarkan ijtihad mazdhabiy, yaitu taqlid yang berlandaskan ilmu, bukan ikut-ikutan buta.
> KH. Hasyim Asy’ari (NU): "Kita bermadzhab Syafi’i bukan karena fanatik buta, tapi karena lebih mudah dipahami dan diterapkan di masyarakat kita."
---
3. Tasawuf: Jalan Membersihkan Hati
Tasawuf dalam ASWAJA adalah tasawuf yang syar’i, bukan bebas nilai. Disaring melalui Al-Qur’an, Hadis, dan bimbingan ulama.
> قال الإمام الغزالي: "التصوف هو فقه الباطن، وهو فرض عين على كل مكلف."
"Tasawuf adalah fikih batin, dan hukumnya fardhu ‘ain atas setiap mukallaf."
(al-Munqidz min aḍ-Ḍalāl)
Bagi ASWAJA, tasawuf tanpa syariat akan menyesatkan, sementara syariat tanpa tasawuf akan mengeringkan hati.
> KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah): "Tasawuf itu bukan tarekat mistik, tapi akhlak dan keikhlasan dalam beramal."
(Disampaikan oleh KH. Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam berbagai forum dialog ASWAJA)
> KH. Mustofa Bisri (Gus Mus): "Tasawuf itu bukan menjauh dari dunia, tapi membuat dunia tidak menjauhkanmu dari Allah."
---
Mengapa Harus Tiga-Tiganya?
Ilustrasinya begini:
Aqidah = akar yang kokoh
Fikih = batang yang lurus
Tasawuf = bunga dan buah yang harum
Tanpa akar, tumbang.
Tanpa batang, rapuh.
Tanpa buah, mandul.
> KH. Hasyim Muzadi (NU): "ASWAJA itu bukan kelompok, tapi cara berpikir. Cara memahami Islam dengan utuh: ilmiah, amaliyah, dan ruhaniyah."
---
Penutup Bab
ASWAJA mengajarkan Islam yang komplet dan seimbang:
Beriman dengan dalil
Beribadah dengan ilmu
Berakhlak dengan hati
Komentar
Posting Komentar