ASWAJA, Jalan Tengah di Tengah Gempuran Zaman
Zaman sekarang bukan hanya era teknologi, tapi juga era kebingungan.
Hoaks berseliweran, paham-paham radikal berkedok dalil, dan sebagian orang muda kehilangan arah antara ekstrem kanan yang kaku dan ekstrem kiri yang lepas kendali.
ASWAJA hadir sebagai penuntun jalan tengah.
Bukan jalan kompromi, tapi jalan keseimbangan antara teks dan konteks, antara dalil dan realitas.
> Gus Dur:
"Menjadi muslim yang baik tidak harus menjadi orang Arab. Jadilah dirimu sendiri, dengan keindonesiaan dan keislaman yang bersatu."
---
ASWAJA: Bukan Nostalgia, Tapi Arah Masa Depan
ASWAJA bukan hanya milik masa lalu, bukan sekadar sejarah ulama.
Tapi konsep hidup yang masih sangat relevan untuk menjawab tantangan zaman:
Toleransi antarumat beragama
Moderasi beragama
Perlawanan terhadap radikalisme
Pemberdayaan perempuan dan anak muda
Adaptasi teknologi tanpa kehilangan nilai
---
Pesan untuk Generasi Muda, Mahasiswa, dan Aktivis NU
1. Untuk IPNU & IPPNU:
Kalian adalah garda terdepan di sekolah-sekolah dan madrasah.
Jangan hanya jadi pelajar biasa—jadilah pelajar yang berani berpikir kritis, tapi tetap santun.
> "Belajarlah hingga ke mana pun, tapi jangan lupakan arah pulang: ASWAJA."
---
2. Untuk PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia):
Kalian adalah motor perubahan di kampus.
Jangan alergi terhadap perbedaan, tapi juga jangan kompromi pada akidah.
> "Jangan bawa ASWAJA hanya ke forum seminar. Bawalah ke ruang-ruang diskusi, riset, bahkan ke algoritma media sosial."
---
3. Untuk Ansor dan Banser:
Kalian bukan hanya penjaga, tapi juga pelayan umat dan pelindung nilai-nilai kebangsaan.
Jaga akidah umat, jaga NKRI, tapi juga jaga kelembutan hati.
> "Banser bukan sekadar barisan, tapi barisan dengan cinta dan kesadaran."
---
4. Untuk Fatayat NU:
Kalian adalah pelita di tengah perempuan muda.
Berdayalah dengan ilmu, berdakwahlah dengan kasih sayang.
> "Kesalehan perempuan ASWAJA bukan hanya dari pakaian, tapi juga dari pikiran dan perjuangan."
---
Tantangan Zaman Digital: ASWAJA Harus Melek Media
Zaman sekarang, perang bukan hanya di medan tempur, tapi di media sosial.
Narasi-narasi keislaman yang ekstrem, kaku, bahkan penuh kebencian sering kali viral.
Maka, generasi muda ASWAJA harus:
Aktif menulis, membuat konten, menyampaikan Islam dengan ramah
Melek literasi digital
Menguasai narasi, bukan hanya jadi konsumen narasi
> KH. Said Aqil Siraj:
"Kita harus melawan radikalisme dengan keilmuan, bukan hanya dengan emosi."
---
Akhir Kata: Jadilah Generasi ASWAJA yang Berkarya
Jangan cuma bangga jadi "anak NU", tapi jadilah kader ASWAJA yang berpikir luas, berjiwa besar, dan berkarya nyata.
> "ASWAJA bukan sekadar label. Ia adalah sikap hidup, cara berpikir, dan jalan perjuangan."
Maka teruslah belajar, berdakwah, dan berkarya.
Jadilah santri milenial yang handal, mahasiswa NU yang kritis, aktivis yang moderat, dan kader yang membawa rahmat bagi semesta.
Komentar
Posting Komentar