Langsung ke konten utama

BAB 2: DASAR-DASAR AQIDAH ASWAJA

Tauhid: Mengenal Allah, Bukan Sekadar Hafalan

Tauhid itu pondasi. Bagi ASWAJA, tauhid bukan cuma slogan di spanduk, tapi ilmu yang harus dipahami dan diyakini. Para ulama kita membagi tauhid menjadi tiga bagian:

1. Tauhid Rubūbiyyah (توحيد الربوبية) – meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta.


2. Tauhid Ulūhiyyah (توحيد الألوهية) – meyakini hanya Allah yang berhak disembah, bukan yang lain.


3. Tauhid Asmā’ wa Ṣifāt (توحيد الأسماء والصفات) – meyakini nama dan sifat Allah seperti yang disebut dalam al-Qur’an dan Hadis, tanpa menyerupakan (تشبيه), meniadakan (تعطيل), membayangkan (تكييف), dan menyimpangkan makna (تحريف).



Firman Allah:

> لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Laisa kamitslihi syai’un wa huwa as-samī‘ul bashīr."
(QS. Asy-Syūrā: 11)
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”




---

Rukun Iman: Bukan Sekadar Enam Kotak Hafalan

Rukun iman enam, kita semua hafal. Tapi buat ASWAJA, iman itu bukan hanya hafalan, tapi keyakinan yang hidup.

Menurut ASWAJA:

> الإيمان قولٌ باللسان، وتصديقٌ بالقلب، وعملٌ بالأركان
“Iman adalah pengakuan dengan lisan, pembenaran dalam hati, dan amal dengan anggota badan.”



Dan yang menarik: iman bisa naik dan turun. Naik dengan ketaatan, turun karena maksiat. Jadi jangan tenang-tenang aja kalau ngaku "saya sudah beriman", tapi salat bolong-bolong dan akhlak minus.


---

Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi Allah

Kitab-kitab tauhid klasik ASWAJA seperti al-Jawāhir al-Kalāmiyyah dan Matn Sanūsiyyah menyebutkan bahwa Allah memiliki 20 sifat wajib yang wajib diketahui dan diyakini.

Contohnya:

الوجود (al-Wujūd): Allah itu ada.

القدم (al-Qidam): Allah tidak berpermulaan.

البقاء (al-Baqā’): Allah kekal.

مخالفة للحوادث (Mukhalafatu lil-ḥawādits): Allah tidak menyerupai makhluk.


Hal ini untuk menegaskan bahwa Allah itu transenden—bukan bagian dari alam, bukan “superman”, dan tidak bisa dibayangkan.


---

Sifat Wajib bagi Rasul: Manusia Terpilih, Bukan Orang Biasa

Para Rasul adalah manusia pilihan. Mereka memiliki sifat-sifat agung, dan mustahil punya sifat tercela.

Sifat wajib bagi Rasul:

الصدق (aṣ-Ṣidq): jujur

الأمانة (al-Amānah): terpercaya

التبليغ (at-Tablīgh): menyampaikan wahyu

الفطانة (al-Faṭānah): cerdas


Sifat mustahil bagi Rasul:

الكذب (al-Kadżib): dusta

الخيانة (al-Khiyānah): khianat

الكتمان (al-Kitmān): menyembunyikan wahyu

البلادة (al-Balādah): bodoh


Jadi, kalau kamu masih anggap Rasul itu "manusia biasa seperti kita", itu keliru. Mereka memang manusia, tapi istimewa dalam segala hal.


---

Takdir: Antara Usaha dan Pasrah

Takdir menurut ASWAJA itu imbang: kita diperintahkan berusaha, tapi hasil akhir tetap di tangan Allah.

Imam Abū Ḥanīfah dalam al-Fiqh al-Akbar menjelaskan:

> للعبد كسبٌ واختيار، والله خالق الأفعال كلها
"Manusia memiliki usaha dan pilihan, namun Allah adalah pencipta segala perbuatan."



Jadi, kalau kita gagal, itu bukan semata-mata “takdir”, tapi bisa jadi karena usaha yang belum maksimal. Dan kalau sukses, jangan lupa: itu bukan karena hebatnya kita, tapi karena izin Allah.


---

Penutup Bab

Aqidah ASWAJA itu ilmiah, rasional, dan penuh adab. Kita tidak sekadar percaya, tapi juga mengerti mengapa kita percaya. Dan keyakinan itu dibangun lewat ilmu, bukan prasangka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PMII di Tengah Gelombang Zaman

Oleh: Solikhan, S.Sos Pendahuluan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan berbasis nilai keislaman dan kebangsaan yang telah eksis sejak tahun 1960. Di tengah dinamika zaman yang terus bergulir dengan cepat, mulai dari era revolusi digital, pergeseran nilai sosial, hingga tantangan kebangsaan dan keagamaan, PMII dituntut untuk mampu memosisikan diri secara strategis. Organisasi ini tidak bisa berjalan dengan model lama di era baru. Maka, esai ini akan mengulas posisi, peran, evaluasi, tantangan, serta langkah yang harus ditempuh PMII agar tetap relevan dan progresif di tengah gelombang zaman. 1. Posisioning PMII PMII menempati posisi strategis sebagai jembatan antara idealisme mahasiswa, nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah, dan semangat kebangsaan. Menurut Tilaar (2002), mahasiswa memiliki peran sebagai moral force dan agent of social change, yang dalam konteks PMII harus dibingkai dengan nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin d...

GP ANSOR Makalah PKL Ansor di Purworejo 2019

KATA PENGANTAR Assalamualaikum… Wr. Wb Allahhu akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan dan ilmu kepada penulis , dan tiada pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, rezeki, nikmat, rahmat dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasa, sepatutnya penulis dan kita semua mensyukurinya dengan mengisi kehidupan ini dengan karya yang bermanfaat bagi seisi jagat raya ini, khususnya kepada seluruh peserta dan panitia pelaksana PKL yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Kabupaten Purworejo pada tanggal 30 Agustus s/d 1 September 2019. Alhamdulillah pada kesempatan ini  penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Adapun didalam makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor. ...

ASWAJA SEBAGAI MANHAJUL FIKR WAL HAROKAH

(Disusun oleh : Solikhan) Disampaikan pada PKD PMII Komisariat Nusantara UMNU Kebumen Kamis, 8 Agustus 2019 di Bumi Perkemahan Widoro Pokok bahasan Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultur kemunculan Ahlussunnah wal Jama'ah dan proses pelembagaan madzhab Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai doktrin Sanad ke-Islaman dalam ajaran yang benar, yang dijalankan oleh Rosulullah SAW dan para sahabat, Tabiin, Tabiit-tabiin, Ulama, dst PMII sebagai organisasi pewaris Sanad Ajaran Islam yang benar, didirikan oleh ulama dan mendapatkan mandat untuk memperjuangkan Islam Aswaja di Kampus Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai Manhajul Fikr (Metode berfikir) dan sebagai Manhajul Harokah (Metode bergerak) Memahami kerangka berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah yang dinukil dari perjalanan para Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Memahami dan mengimplementasikan metode berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah dalam berdakwah dan menyikapi persoalan Geo-Ekosospol عن عبد ال...