Langsung ke konten utama

GP ANSOR Makalah PKL Ansor di Purworejo 2019

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum… Wr. Wb

Allahhu akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan dan ilmu kepada penulis , dan tiada pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, rezeki, nikmat, rahmat dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasa, sepatutnya penulis dan kita semua mensyukurinya dengan mengisi kehidupan ini dengan karya yang bermanfaat bagi seisi jagat raya ini, khususnya kepada seluruh peserta dan panitia pelaksana PKL yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Kabupaten Purworejo pada tanggal 30 Agustus s/d 1 September 2019.

Alhamdulillah pada kesempatan ini  penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Adapun didalam makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor.

Saya mengucapkan terima kasih apabila sahabat dan para senior berkenan untuk memberikan saran atau tanggapan guna untuk penyempurnaan dalam isi makalah ini.

Wallahulmuafiqilla Aqwamitthorieq..

Wassalamulaikum… Wr. Wb



Penulis,
Solikhan




Muqodimah

Bahwa sesungguhnya generasi muda Indonesia sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional, perlu senantiasa meningkatkan pembinaan dan pengembangan dirinya, untuk menjadi kader bangsa yang tangguh, yang memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berketrampilan dan berakhlaq mulia.

Bahwa sesungguhnya kelahiran dan perjuangan Gerakan Pemuda Ansor merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita Nahdlatul Ulama untuk berkhidmat kepada perjuangan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, adil, makmur dan sejahtera berdasarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Bahwa cita-cita perjuangan bangsa Indonesia dan upaya-upaya pembangunan nasional hanya bisa terwujud secara utuh dan berkelanjutan bila seluruh komponen bangsa serta potensi yang ada, termasuk generasi muda, mampu berperan aktif.

Menyadari bahwa dengan tuntunan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah generasi muda Indonesia yang terhimpun dalam Gerakan Pemuda Ansor akan senantiasa memperoleh semangat kultural dan spiritual yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa yang luhur.

A.  PENDAHULUAN

Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah sebuah organisasi kemasyaratan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

B.  TERBENTUKNYA GP ANSOR (Pra Kemerdekaan)

Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif. Hal itu juga didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lain.

Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil, talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924 KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin oleh Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban) sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.

Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak remaja yang ingin bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan dengan sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu pada aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.

Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi pemuda pendukung KH. Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur. Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat kegiatan NU. Meskipun demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi bagian (onderbouw) dari organisasi NU. Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur NU, hubungannya masih hubungan personal.

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.

Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor).

Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai salah satu jalan di kota Malang.

Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe. Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim – Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.

C.  DEFINISI KADERISASI

Kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh. 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110).

Kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.

D. BENTUK DAN JENJANG PENGKADERAN GP ANSOR

Bentuk-bentuk kaderisasi GP Ansor :
  1. Kaderisasi Formal dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kader berjenjang yang bersifat formal dan baku, serta pendidikan dan pelatihan pengembangan kader lainnya.
  2. Kaderisasi Informal dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus pendampingan dan praktek lapangan.
  3. Kaderisasi nonformal dilakukan langsung melalui penugasan dalam kepengurusan organisasi, kepanitiaan kegiatan dan keterlibatan dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat.

E. PERMASALAHAN DALAM KADERISASI GP ANSOR

Kader bisa diartikan kasar sebagai orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu organisasi / lebih singkatnya anggota dalam suatu organisasi tertentu. Sedangkan kaderisasi adalah cara pembentukan seorang kader dalam organisasi.

Dalam GP Ansor kader merupakan anggota dari GP Ansor dan kaderisasi merupakan proses dimana para kader dibentuk menjadi seorang kader GP Ansor yang bisa dikatakan mengerti tentang GP Ansor. Di dalam GP Ansor Kabupaten Banyumas pembentukan kader yang mungkin dilakukan adalah seperti PKD yang di dalamnya terdapat materi-materi yang bisa dipahami agar para kader mengetahui apa itu GP Ansor. Lebih lanjut dengan adanya kajian-kajian yang diberikan dan diskusi-diskusi yang dilaksanakan oleh para kader.

Didalam GP Ansor Kabupaten Banyumas mempunyai kader yang bisa dikatakan jumlahnya cukup lumayan banyak. Tapi apakah dengan kuantitas yang banyak, PC GP Ansor Kabupaten Banyumas bisa dikatakan baik walaupun dengan kualitas yang rendah ?. Sebetulnya apa yang dibutuhkan dalam GP Ansor itu sendiri kader yang banyak tapi mereka tidak tahu apa itu GP Ansor lebih dalam atau kader sedikit tetapi mereka mengerti tentang GP Ansor. Tapi pasti semua akan berfikir punya kader banyak dan mengerti tentang GP Ansor. Ini bisa dikatakan sulit, mengapa seperti itu? Karena dengan adanya banyak kader, tidak semua kader mendapat perhatian yang lebih. Disamping itu kesibukan dan masalah pribadi dari kader itu sendiri juga menjadi penyebab jarangnya kader ke GP Ansor Kabupaten Banyumas. Jarangnya kader ke GP Ansor Kabupaten Banyumas pun akan berpengaruh terhadap ilmu yang mereka peroleh karena mereka tidak mengikuti kajian dan diskusi rutin.

Dari tulisan diatas ada beberapa masalah yang timbul mungkin yang juga dirasakan oleh semua  dan para kadernya, masalah tersebut :
  1. Banyaknya kuantitas tapi memiliki kualitas rendah.
  2. Masalah pribadi atau terutama ekonomi yang membuat keaktifan mereka berkurang.
  3. Kurangnya peran para pimpinan PC GP Ansor dalam melakukan distribusi kader dalam mewujudkan kemandirian ekonomi kader serta minimnya kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan para kader yang sudah mengikuti jenjang pengkaderan di GP Ansor.
Ini merupakan masalah yang harus dipecahkan bersama, bukan hanya oleh pengurus tapi juga Anggota demi kemajuan bersama.

F. STRATEGI PENGEMBANGAN KADER

Ansor sebagai salah satu organisasi kepemudaan di bawah naungan NU sudah mencetak banyak prestasi dan tanpa berlebihan bisa disebut sebagai jasa kepada NKRI. Bahkan hari ini di beberapa daerah banyak pemuda berbondong-bondong untuk bergabung dalam organisasi Ansor terkhusus Banser. Tentu tidak lain dari strategi recruitment yang menarik minat para pemuda untuk berjuang bersama di NU. Apalagi eksistensi NU hari ini cukup diakui dunia. Terlepas dari itu, anggota ataupun kader Ansor Banser yang sudah bergabung juga perlu diperhatikan demi terwujudnya kemandirian organisasi.

Namun, sebagai kader dan pengurus wajib hukumnya untuk mentaati produk hukum Ansor sebagai rel dalam melakukan syiar Islam rahmatan lil 'alamin. Tantangan kita hari ini semakin kompleks, selain persoalan kerukunan antar umat beragama, keutuhan NKRI juga perlunya mencetak generasi yang Mandiri dan unggul. Kehadiran kader-kader Ansor juga dibutuhkan dalam ruang-ruang strategis penentu kebijakan. Jangan sampai ruang-ruang strategis diambil alih oleh orang-orang yang ingin merongrong keutuhan NKRI dari dalam atau bahkan mengganti Pancasila dengan ideologi lain khilafah misalnya. Maka, menjadi penting kader Ansor untuk berdiaspora diruang-ruang strategis.

Sebagai kader Ansor penting untuk memahami cita-cita bersama. Mengutip apa yang disampaikan oleh Ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut dalam NU Online, "Kita punya tiga visi besar. Visi ini kita sebut 3 Plus 1. Pertama kaderiasi, Kedua revitalisasi nilai-nilai tradisi, Ketiga distribusi kader. Dan plus 1 atau keempat adalah kemandirian.

Visi ini kita turunkan ke dalam program-program. Revitaliasi dilakukan dengan kegiatan yang kita sebut ngaji, jadi adakan pengajian-pengajian di daerah-daerah supaya kita ingatkan kembali nilai-nilai ke-NU-an yang mulai pudar. Dulu kita sering dengar yasinan Ansor, sekarang tidak ada lagi. Ada dibaan Fatayat, kita inginkan revitalisasi agar bisa bangkitkan itu lagi, supaya kita bisa temukan selapanan yasinan, tahlilan. Dalam upaya itu GP Ansor mempunyai sayap Rijalul Ansor, yang kita khsusukan untuk menggalakkan perjuangan merevitasilasi tradisi yang kita punya. 

Tentang kaderiasi tadi sudah saya sampaikan panjang. Di setiap minggunya tidak berhenti proses kaderiasi. Kita lakukan kaderisasi yang masif di seluruh  Indonesia, jadi semuanya bergerak. Kemudian distribusi kader dan kemandirian, itu juga sudah saya sampaikan tadi. Ini yang akan kita lakukan dalam lima tahun ke depan. Dikutip dari website NU online https://www.nu.or.id/post/read/67601/upaya-gp-ansor-membentuk-kemandirian-anggota-dan-organisasi.

Mengacu kepada visi yang disampaikan oleh Ketua Umum GP Ansor maka sebagai kader Ansor kami berusaha memanifestasikan gagasan besar tersebut tentu kita sesuaikan dengan konteks lokal yaitu Ranting Ansor Sawangan Khususnya, PAC Ansor Kebasen dan PC GP Ansor Kabupaten Banyumas. Adapun beberapa kegiatan yang sudah berjalan antara lain Kaderisasi, Mendorong agar Desa-desa yang belum ada pengurus Ranting Ansor untuk diaktifkan dan didampingi oleh PAC. Rijalul Ansor, rutinan rapat pertemuan Pengurus PAC maupun PR. 

Kedepanya kita juga akan mulai merambah ke sektor ekonomi. Bagaimanapun faktor ekonomi menjadi tegaknya tiang organisasi. Adapun beberapa planing yang menurut hemat penulis perlu di usulkan dan dilaksanakan antara lain:

  1. Dengan adanya pertarungan wacana ke-Islaman yang tidak lain didukung oleh perkembangan media maka, GP Ansor harus mulai memaksimalkan smartphone yang dimilikinya sebagai media dakwah Islam Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdhiyah, dan perlu adanya pelatihan Da'i Cyber.
  2. Dengan derasnya arus teknologi dan hampir semua orang pasti menggunakan smartphone maka, kalau kita maksimalkan bisa menjadi ladang ekonomi. Tentu ini akan sangat membantu bagi anggota maupun organisasi tanpa mengurangi keaktifan dalam organisasi. Maka, perlu diadakan pelatihan Internet Marketing. Bisa bekerjasama dengan IMNU (Internet Marketing Nahdhatul Ulama)
  3. Dengan skill yang dimiliki oleh anggota BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) kita dapat bekerjasama dengan yayasan atau Jika memungkinan membuat yayasan yang bergerak dalam bidang keamanan/security. Minimal anggota kita bisa ditempatkan di sekolah-sekolah lingkungan PAC masing-masing. Selain menjaga keamanan secara fisik juga menjaga agar sekolah-sekolah tidak dimasuki ideologi anti Pancasila dan NKRI.

Dari beberapa point yang kami sampaikan diatas selain berpengaruh positif kepada organisasi secara internal juga, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam dan kita dapat mewujudkan organisasi yang mandiri dan tidak mengandalkan proposal dalam setiap kegiatan.

G.  KESIMPULAN

GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang sangat besar di Indonesia. Namun, keberadaanya tidak akan terlepas dari orang-orang yang berperan penting dalam menggerakan GP Ansor sebagai wadah pemuda NU. Untuk tetap menjaga keberadaan dan meneruskan perjuangan Nahdlatul Ulama diperlukan suatu proses yang dinamakan pengkaderan atau kaderisasi. Jadi, kegiatan Pengkaderan ini sangat penting dalam GP Ansor.

Pada saat ini kader GP Ansor kurang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Yaitu dengan membekali skill yang dibutuhkan oleh masyarakat.

H. PENUTUP

Demikian tulisan yang dapat kami sajikan semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kata yang tidak sopan dari kritik kepada organisasi. Semata-mata demi kebaikan organisasi dan kemaslahatan bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PMII di Tengah Gelombang Zaman

Oleh: Solikhan, S.Sos Pendahuluan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan berbasis nilai keislaman dan kebangsaan yang telah eksis sejak tahun 1960. Di tengah dinamika zaman yang terus bergulir dengan cepat, mulai dari era revolusi digital, pergeseran nilai sosial, hingga tantangan kebangsaan dan keagamaan, PMII dituntut untuk mampu memosisikan diri secara strategis. Organisasi ini tidak bisa berjalan dengan model lama di era baru. Maka, esai ini akan mengulas posisi, peran, evaluasi, tantangan, serta langkah yang harus ditempuh PMII agar tetap relevan dan progresif di tengah gelombang zaman. 1. Posisioning PMII PMII menempati posisi strategis sebagai jembatan antara idealisme mahasiswa, nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah, dan semangat kebangsaan. Menurut Tilaar (2002), mahasiswa memiliki peran sebagai moral force dan agent of social change, yang dalam konteks PMII harus dibingkai dengan nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin d...

ASWAJA SEBAGAI MANHAJUL FIKR WAL HAROKAH

(Disusun oleh : Solikhan) Disampaikan pada PKD PMII Komisariat Nusantara UMNU Kebumen Kamis, 8 Agustus 2019 di Bumi Perkemahan Widoro Pokok bahasan Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultur kemunculan Ahlussunnah wal Jama'ah dan proses pelembagaan madzhab Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai doktrin Sanad ke-Islaman dalam ajaran yang benar, yang dijalankan oleh Rosulullah SAW dan para sahabat, Tabiin, Tabiit-tabiin, Ulama, dst PMII sebagai organisasi pewaris Sanad Ajaran Islam yang benar, didirikan oleh ulama dan mendapatkan mandat untuk memperjuangkan Islam Aswaja di Kampus Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai Manhajul Fikr (Metode berfikir) dan sebagai Manhajul Harokah (Metode bergerak) Memahami kerangka berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah yang dinukil dari perjalanan para Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Memahami dan mengimplementasikan metode berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah dalam berdakwah dan menyikapi persoalan Geo-Ekosospol عن عبد ال...