Oleh : Solikhan
Berbicara politik identik dengan perebutan kekuasaan atau adu strategi untuk mendapatkan posisi strategis. Tahun 2018 ini menjadi tahun yang strategis untuk orang-orang yang ingin mendapatkan kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan. Ya memang betul karena 2019 akan di laksanakan Pemilu Raya pemilihan Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Prov dan DPRD Kabupaten. Ada fenomena menarik yang mungkin sedikit menggelitik dimana dalam kurun waktu beberapa bulan ini banyak kejadian-kejadian yang lucu dan juga kadang-kadang susah dimasukkan akal. Mulai dari drama pemukulan ternyata operasi plastik, penggorengan harga bahan pokok naik, BBM naik, hingga sampai ke pembakaran bendera pun menjadi persoalan yang seolah-olah serius. Memang Indonesia dari dulu bisa dikatakan Negeri jenaka. Dari kelakuan para DPR yang kata Gusdur dulu seperti taman kanak-kanak dan masih banyak cerita lainnya. Tapi bukan itu yang akan kita bahas dalam tulisan Ini, itu bagian dari intermezo.
Yang menjadi sorotan hari ini adalah Pilpres di mana dua kubu yang kala itu 2014 Silam bertarung atau bahasa halusnya berkontestasi hari ini dihadapkan kembali dalam gelanggang yang sama. Ini akan menarik kalau kita perhatikan tentunya akan banyak pertunjukan-pertunjukan yang mengejutkan masyarakat. Namun, sebagai penonton yang baik masyarakat juga harus tahu alur jalannya cerita biar tidak baper atau terbawa perasaan. Mungkin sekarang orang yang berteriak-teriak di jalanan dan mengangkat Panji mereka masing-masing adalah orang-orang yang terbawa perasaan. Tapi kalau kita amati mereka bukan mempersoalkan permasalahan yang sedang terjadi tapi lebih kepada perjuangan-perjuangan yang sempat dipatahkan oleh pemerintah. Salah salah satunya adalah cita-cita mendirikan Negara dengan sistem Khilafah.
Perjuangan sistem Khilafah orang-orang yang khilaf bahwa bangsa ini diperjuangkan bersama-sama baik muslim dan non-muslim bergandengan tangan Demi Indonesia merdeka. Namun, akhir-akhir ini gerakan-gerakan mereka semakin ngawur. Ternyata memang mereka itu ahlinya dalam bidang ngawur contohnya Pancasila saja yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa mau dirubah ke sistem Khilafah. Mereka juga tidak bisa membedakan antara kalimat tauhid dan tulisan tauhid. Aksi Bela tauhid kok koar-koar di jalan dan ujung-ujungnya ganti sistem.
Sistem Khilafah ternyata juga masih belum teruji dapat menyelesaikan persoalan bangsa khususnya yang di Indonesia, malah bisa menambah persoalan. Tapi menurut hemat penulis hembusan sistem Khilafah ini adalah bagian dari perangkat untuk mengacaukan Indonesia. Kalau boleh kami mengungkapkan pikiran nakal kami bahwa ujung dari segala drama yang ada ini adalah penguasaan sumber daya alam oleh negara inti terhadap negara periferi atau negara yang mempunyai modal terhadap negara yang bergantung dalam hal modal.
Kita jangan terkecoh bahwa sistem Khilafah itu akan berjalan sebagaimana pada zaman sahabat. Sebetulnya kalau kita flashback ke belakang Pancasila sudah mampu menjawab tantangan zaman. Terbukti di tengah keberagaman suku bangsa agama yang ada di Indonesia kita masih bisa hidup beriringan berdampingan dan gotong royong. Ini yang tidak diinginkan oleh negara-negara inti sehingga arus globalisasi westernisasi dan teknologi dihembuskan sederas mungkin sehingga merusak sendi-sendi bangsa salah satunya adalah pemuda. Hari ini kita sering menemui fenomena yang jauh terasa dekat, yang dekat terasa jauh salah satunya karena dampak smartphone. Tapi bukan berarti bahwa kita tidak mengikuti arus itu. Namun kita lebih bijak dalam menggunakan fasilitas yang disuguhkan hari ini. Ibarat kita sedang berenang di arus yang deras kemungkinan kecil kita untuk melawan arus tersebut lebih baik kita mengikuti arus biar tahu arah jalannya arus Namun, kita juga harus menyiapkan agar dapat menggiring arus tersebut sehingga kepelabuhan kita.
Ya begitulah kondisi kita hari ini negeri yang lucu dan banyak orang-orang yang rancu. Banyak pemimpin yang semena-mena dan korupsi di mana-mana. Rakyat ditindas keringatnya diperas. Banyak orang yang melompong karena kejadian-kejadian bohong.
Kebumen, 4 November 2018
Jln. PEMUDA Gg. GEREJA
Jln. PEMUDA Gg. GEREJA
Komentar
Posting Komentar