Langsung ke konten utama

Kado Ulang Tahun Untuk Kopri PMII

Oleh : Solikhan

Pada 25 November ini menjadi hari yang sangat berarti bagi Kopri PMII seluruh Indonesia. Karena hari ini dinobatkan sebagai kelahiran Korps PMII Putri sebagai badan semi otonom PMII. Tidak ada yang dapat saya berikan kecuali sekedar coretan sebagai ucapan selamat kepada kaum perempuan seluruh Indonesia.

Sejarah telah mencatat bahwa kaum perempuan telah mengalami kenyataan pahit dari zaman ke zaman. Mereka dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya, lemah dan selalu di belakang. Berbagai bentuk deskriminasi, stereotip (pelabelan) dan perlakuan yang tidak adil diterima kaum perempuan. Kaum perempuan kemudian mencoba berjuang untuk mendapatkan haknya sebagai manusia. Mulai dari hal kecil yaitu deskriminasi di lingkungan hingga berbagai masalah lainnya seperti hak pendidikan, politik, permasalahan ekonomi dan isu lainnya. 

Namun, akhir-akhir ini kran kebebasan sudah mulai terbuka tentunya hasil buah karya dari kaum yang peduli dengan perempuan atau bahkan kaum perempuan itu sendiri. Dalam perjalanan sejarah bangsa, gerakan perempuan mewarnai perjuangan berdirinya bangsa Indonesia. Beberapa tokoh perempuan berada di garis depan perjuangan melawan penjajah. Misalnya, seperti halnya di Aceh ada Cut Nya Dien (komandan perang Aceh) dilanjutkan perjuangan Cut Mutia. Selain itu, ada juga R.A Kartini yang kita kenal sebagai tokoh emansipasi perempuan Indonesia. Pada masa mempertahankan kemerdekaan tokoh-tokoh perempuan berpartisipasi dan menyebar di berbagai bidang. Masa orde baru pergerakan perempuan menyelusup diantara instansi-intansi dan mewarnainya dengan isu-isu keperempuanan. Pada masa reformasi hingga saat ini, pergerakan perempuan justru semakin nyata dalam menancapkan kukuhnya di dunia politik.

Gerakan perempuan Indonesia mencatat tanggal 22 Desember adalah sebuah titik awal sebuah gerakan perempuan secara nasional. Gagasan itu dicerna kaum perempuan yang aktif dalam gerakan Kebangkitan Nasional 1908. Gejolak rasa nasionalisme dibulatkan dalam bentuk Sumpah Pemuda tahun 1928, kemudian ditindaklanjuti oleh Kongres Perempuan Indonesia tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres ini diikuti oleh 30 organisasi perempuan dari seluruh Indonesia. Pada waktu itu resolusi penting yang dideklarasikan adalah “tuntutan terhadap upaya peningkatan kondisi perempuan”. Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) adalah organisasi perempuan yang paling besar dan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Adapun gerakan perempuan Indonesia yang berbasis mahasiswa salah satunya yaitu KOPRI (Korps PMII Putri).

Sejarah organisasi yang bernama “Korps PMII Putri” yang disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis. KOPRI berdiri pada Kongres III PMII pada tanggal 7 – 11 Februari 1967 di Malang, Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dan lahir bersamaan dengan Mukernas II PMII di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1967. Dengan ketua KOPRI Ismi Maryam BA. Semula KOPRI Pusat berkedudukan di Jakarta, kemudian berdasarkan keputusan MUBES I PMII di Garut, Jawa Barat pada tanggal 20-27 Januari 1969, dipindahkan ke Surabaya, Jawa Timur. Musyawarah nasional (MUNAS) KOPRI yang pertama dilaksanakan di Makasar Ujung Pandang pada tanggal 25-30 April 1970, bersamaan dengan pelaksanaan Kongres IV PMII.

Kemudian pada periode 1973-1988 KOPRI bubar. Hal ini disebabkan karena selama periode 1970-1973 PP KOPRI tidak pernah mengadakan kegiatan dan dinilai gagal. Klimaksnya mereka tidak mampu membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pada Kongres V PMII di Ciloto, Jawa Barat tahun 1973. Dengan ketua KOPRI saat itu Adibah Hamid. Pada Kongres V ini tidak ada satu orang pun pengurus PP KOPRI yang hadir, sehingga Kongres mengeluarkan Pernyataan Ciloto yang isinya meminta pengurus KOPRI mengadakan Mubes khusus KOPRI dengan limit waktu 6 bulan.

KOPRI dibentuk kembali pada Kongres IX PMII di Surabaya tahun 1988 dengan ketuanya adalah  Khofifah Gubernur Jawa Timur periode 2018-2023. Pada Kongres XII PMII di Medan Sumatera Utara tahun 2000, KOPRI bubar kembali. Dengan ketua KOPRI saat itu Luluk Hur Hamidah. KOPRI dibubarkan berdasarkan hasil voting, yang berbeda hanya satu suara. Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader perempuan PMII pasca Kongres di Medan mengalami stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, maka oleh sebab itu kader-kader perempuan PMII menganggap perlu dibentuknya wadah kembali, Kongres XIII di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada tanggal 16 – 21 April 2003 sebagai momentum yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah, maka terbentuklah POKJA Perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI di Jakarta pada tanggal 29 September 2003 dengan ketua KOPRI Winarti pada periode kepengurusan A. Malik Haramain 2003-2005. Karena semakin tajam semangat kader perempuan PMII maka pada kongres di Bogor tanggal 26-31 Mei tahun 2005 terjadi perbedaan kebutuhan maka terjadi voting atas status KOPRI denga suara terbanyak menyatakan KOPRI adalah Otonom sekaligus memilih ketua umum PB KOPRI secara langsung sehingga terpilih dalam kongres sahabati Ai maryati Shalihah.

Menjadi penting bagi kader Putri PMII untuk memahami sejarah perjalanan Kopri PMII dari masa ke masa. Sehingga menjadi referensi semangat berorganisasi PMII Putri dalam mewarnai dinamika bangsa. Terlebih hari ini pergerakan kaum perempuan sangat diapresiasi dan didukung oleh pemerintah melalui kebijakan kebijakan. Tidak ada alasan bagi kaum perempuan pergerakan untuk tidak mengambil peran peran penting. Tinggal kembali kepada masing-masing individu Apakah memilih untuk berdiam diri menerima nasib atau memperjuangkan hak-hak perempuan demi melahirkan generasi yang lebih baik. Karena dari rahim perempuan perempuan hebat lah akan terlahir generasi yang hebat pula.

Jadilah wanita yang tidak hanya baperan tapi juga berperan. Bawa perubahan jauh lebih penting daripada bawa perasaan. Gunakan perasaanmu untuk mengambil kebijakan sehingga tidak ada yang Terinjak.

Untukmu satu tanah air ku
Untukmu satu keyakinanku

Penulis adalah mahasiswa Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen program studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Selama menjadi mahasiswa menulis aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kebumen. Pernah menjadi ketua umum PMII Cabang Kebumen masa khidmat 2017-2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PMII di Tengah Gelombang Zaman

Oleh: Solikhan, S.Sos Pendahuluan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan berbasis nilai keislaman dan kebangsaan yang telah eksis sejak tahun 1960. Di tengah dinamika zaman yang terus bergulir dengan cepat, mulai dari era revolusi digital, pergeseran nilai sosial, hingga tantangan kebangsaan dan keagamaan, PMII dituntut untuk mampu memosisikan diri secara strategis. Organisasi ini tidak bisa berjalan dengan model lama di era baru. Maka, esai ini akan mengulas posisi, peran, evaluasi, tantangan, serta langkah yang harus ditempuh PMII agar tetap relevan dan progresif di tengah gelombang zaman. 1. Posisioning PMII PMII menempati posisi strategis sebagai jembatan antara idealisme mahasiswa, nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah, dan semangat kebangsaan. Menurut Tilaar (2002), mahasiswa memiliki peran sebagai moral force dan agent of social change, yang dalam konteks PMII harus dibingkai dengan nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin d...

GP ANSOR Makalah PKL Ansor di Purworejo 2019

KATA PENGANTAR Assalamualaikum… Wr. Wb Allahhu akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan dan ilmu kepada penulis , dan tiada pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, rezeki, nikmat, rahmat dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasa, sepatutnya penulis dan kita semua mensyukurinya dengan mengisi kehidupan ini dengan karya yang bermanfaat bagi seisi jagat raya ini, khususnya kepada seluruh peserta dan panitia pelaksana PKL yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Kabupaten Purworejo pada tanggal 30 Agustus s/d 1 September 2019. Alhamdulillah pada kesempatan ini  penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Adapun didalam makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor. ...

ASWAJA SEBAGAI MANHAJUL FIKR WAL HAROKAH

(Disusun oleh : Solikhan) Disampaikan pada PKD PMII Komisariat Nusantara UMNU Kebumen Kamis, 8 Agustus 2019 di Bumi Perkemahan Widoro Pokok bahasan Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultur kemunculan Ahlussunnah wal Jama'ah dan proses pelembagaan madzhab Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai doktrin Sanad ke-Islaman dalam ajaran yang benar, yang dijalankan oleh Rosulullah SAW dan para sahabat, Tabiin, Tabiit-tabiin, Ulama, dst PMII sebagai organisasi pewaris Sanad Ajaran Islam yang benar, didirikan oleh ulama dan mendapatkan mandat untuk memperjuangkan Islam Aswaja di Kampus Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai Manhajul Fikr (Metode berfikir) dan sebagai Manhajul Harokah (Metode bergerak) Memahami kerangka berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah yang dinukil dari perjalanan para Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Memahami dan mengimplementasikan metode berfikir Ahlussunnah wal Jama'ah dalam berdakwah dan menyikapi persoalan Geo-Ekosospol عن عبد ال...