Bung HATTA Bapak Ekonomi Kerakyatan yang Terlupakan
Ekonomi menjadi sebuah roda dalam perputaran hajat hidup masyarakat, baik permintaan barang dan jasa. Ketika sistem ekonomi dalam sebuah negara tidak mampu mengakomodir kepentingan rakyat, maka kesejahteraan yang menjadi persoalan di masyarakat. Sekian lama Indonesia mengalami penjajahan berabad-abad cukup menjadi catatan bahwa perselingkuhan dengan pihak asing menjadi sebuah percikan penjajahan yang masif dan terorganisir. Selanjutnya muncullah Bung Hatta sebagai penggagas sistem ekonomi kerakyatan sebagai solusi dalam masa transisi pemerintahan Indonesia. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan secara swadaya dalam mengelola sumberdaya. Hari ini biasa kita kenal Usaha Kecil Menengah (UKM) terutama sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Melihat konteks Kebumen sebetulnya potensi besar bagi pengelolaan ekonomi bagi masyarakat Kebumen. Ada beberapa daerah yang mempunyai karakter perekonomian atau Home Industri rumahan yang dilakukan oleh masyarakat.
Gagasan ekonomi kerakyatan sebagai upaya Ijtihad dari para ahli ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan ekonomi negara-negara berkembang―termasuk Indonesia―dalam menerapkan teori pertumbuhan yang telah membawa kesuksesan di negara-negara kawasan Eropa. Hari ini sistem ekonomi kerakyatan sudah jarang kita jumpai yang ada hanya sistem ekonomi yang menguntungkan bagi para pemodal besar dengan mengatasnamakan KOPERASI, namun prakteknya jauh dari sistem ekonomi yang digagas oleh Bung HATTA. Sementara masyarakat kecil hanya sebagai korban monopoli pedagang besar. Ini secara hakikat bertentangan dengan Pancasila sila ke-5 ýang berbunyi: ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Menjadi evaluasi besar untuk kita semua dengan sumberdaya yang melimpah, namun Indonesia masih menjadi negara berkembang. Menurut hemat penulis, ini semua adalah salah satu efek dari monopoli perdagangan oleh para kaum pemodal yang memainkan perputaran ekonomi di Indonesia. Disamping itu juga tidak terlepas dari perselingkuhan kaum pribumi dengan pihak-pihak asing.
Penulis adalah ketua umum Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kebumen.
Komentar
Posting Komentar