Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia merupakan organisasi si mahasiswa yang punya Andil dalam membangun peradaban bangsa melalui kaderisasi. Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia salah satu eksponen bangsa ini yang dinantikan kontribusinya di segala bidang sesuai skill yang dimiliki oleh kader PMII. Sebagai pemuda yang terdidik kader PMII tentu mempunyai tanggung jawab lebih di tengah-tengah pusaran masyarakat.
PMII adalah organisasi kaderisasi gerakan yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah dan berasaskan Pancasila. Maka kaderisasi menjadi ruh dalam tubuh PMII dalam jam bergerak untuk tercapainya visi dan misi PMII. Tidak hanya transformasi pengetahuan yang menjadi titik tekan PMII, Namun nilai-nilai Luhur dan ideologi juga tidak kalah penting. Nilai-nilai luhur dan ideologi sebagai pondasi kader PMII dan sebagai representasi PMII di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Luhur harus dipegang Teguh dan dipastikan betul-betul di transformasikan kepada masing-masing kader. Sebagaimana yang termaktub dalam tujuan PMII untuk membentuk pribadi yang Ulul Albab. Tentu teks sakral tersebut tidak hanya sebatas untuk dibaca ataupun dihafalkan saja. Namun, harus diwujudkan sebagai amanah dari para pendiri dan perumus PMII.
Sebagai kader PMII secara pribadi menginginkan PMII dapat berdiaspora dalam segala bidang. Tentunya dengan membawa misi keislaman dan keindonesiaan yang hari ini Ini mulai dikikis oleh paham transnasional. Banyak sektor yang sudah terpapar oleh paham-paham anti nasionalisme. Ini menjadi tugas besar kita selaku anak kandung bangsa ini yang lahir, makan dan hidup di negara ini.
Dewasa ini arus globalisasi mengalir deras bak tak terbendung lagi dengan beriring perangkat teknologi. Banyak batasan-batasan yang dilibas habis dengan adanya teknologi yang saat ini hampir menjadi candu bagi masyarakat. Jarak, ruang dan waktu kini sudah tidak lagi menjadi persoalan yang begitu berarti. Bahkan, hubungan antar negara hampir tidak ada lagi dan jalan terbuka lebar.
Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat ini bisa meniadi peluang dan bisa menjadi ancaman bagi suatu negara. Akses informasi yang semakin cepat dan teknologi yang semakin canggih menuntut manusia agar mampu berjalan beriringan, kalau tidak maka peran manusia akan banyak digantikan oleh teknologi. Inilah yang menjadi tantangan bagi insan pergerakan yang tergolong masyarakat middle class.
Ada dua hal menarik yang perlu menjadi perhatian insan pergerakan khususnya PMII dalam mengayuh roda organisasi yaitu Disruption Era dan Abundance Era. Dua istilah ini akhir-akhir ini ramai dibicarakan dan dikaji oleh para pakar. Karena dunia ini disebutnya saat ini di Era disruption dan akan menuju Abundance Era. Kalau insan pergerakan sebagai agen perubahan dan kontrol sosial tidak memperhatikannya maka akan tergilas dan cenderung hanya menjadi penonton yang terombang ambing.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah salah satu dari sekian banyak organisasi kemahasiswaan, yang tentunya mempunyai visi dan misi masing-masing. Lalu yang membedakan adalah ideologi organisasi dan prinsip. Hal tersebut harus dipegang Teguh oleh setiap kader, karena disitulah ruh organisasi yang akan menjadi pandangan hidup seorang kader.
Dunia aktivisme hari ini dihadapkan dengan berbagai tantangan dan juga disuguhkan peluang yang harus dijawab oleh kader PMII. Di sisi lain kita dituntut untuk luwes beradaptasi dengan zaman, Namun kita juga harus memiliki pijakan dan prinsip Ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Kita betul-betul diuji sebagai insan pergerakan yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah.
Melalui tema besar Ketua Umum yaitu "Transformasi Kaderisasi Multidimensi", penting untuk kita memahami kekurangan dan kelebihan PMII sendiri. Sering menjadi persoalan Kader adalah disorientasi proses di PMII. Banyak kader yang masuk PMII lalu menjadikannya lupa akan orientasi awal masuk kuliah atau orientasi masuk PMII. Tentu ini akan sangat berdampak pada output kader pasca proses, dan tidak sedikit yang bingung pasca proses.
Tidak hanya soal disorientasi kader problem PMII yang lain adalah soal citra diri seorang kader. Masih banyak kader yang bangga dengan style urakan dan slenge'an, yang sepintas menjadikan kesan negatif bagi orang yang tidak paham PMII. Selain itu kedisiplinan juga menjadi hal yang perlu dibenahi di PMII. Kedisiplinan kader akan membentuk karakter untuk menuju Insan Ulul Albab.
Dalam hal untuk pembenahan soal disorientasi kader dan kedisiplinan, maka kurikulum dan konsep pelatihan menjadi salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk menata kader. Capaian PMII hari ini sebetulnya sudah cukup baik di mana kadar-kadar kita sudah mulai tersebar di kampus-kampus umum. Namun, sekali lagi corak dan pola gerakan masih tidak jauh berbeda dengan kampus-kampus agama.
Berbicara disorientasi kader kita perlu melakukan kaderisasi berbasis kebutuhan karakter sesuai disiplin keilmuan yang mereka ambil. Tema besar kaderisasi PB PMII "Transformasi Kaderisasi Multidimensi" sangat relevan untuk kondisi saat ini. Artinya kita akan memiliki kader dengan berbagai disiplin keilmuan sehingga PMII dapat diaspora di berbagai lini sebagai kader Islam Ahlussunnah Wal Jamaah.
Potensi kader kader daerah juga perlu kita gali sehingga mereka mempunyai kebanggaan dengan apa yang mereka miliki. Disorientasi kader Kebanyakan karena mereka berangan-angan terlalu tinggi dengan melihat suatu sosok tapi mereka tidak memahami potensi diri dan kemampuannya. Itu juga akan berdampak pada profesionalitas kader ketika terjun di masyarakat.
Ketika diaspora kader di berbagai lini bisa dicapai maka kader-kader PMII masa depan sudah punya sosok untuk inspirasi. Tidak melulu yang menjadi inspirasi senior tokoh politik saja. Padahal peluang peran politik sangatlah minim dan sempit ketika kader ingin berkarya di politik maka perlu mengantri panjang.
Selain kader-kader yang masih aktif di struktur sampai tingkat Pengurus Besar, kader-kader yang proses hanya sampai tataran komisariat dan cabang juga perlu mendapatkan perhatian. Agar mereka tidak Gagap ketika terjun ke dunia profesional pasca komisariat maupun pasca cabang. Salah satunya adalah penguatan skill individu kader dan itu butuh mentor yang tepat.
Adanya lembaga profesi dalam struktur PB PMII menjadi terobosan yang bagus agar kader-kader yang mempunyai bakat dan minat dapat terfasilitasi dengan baik. Harapannya lembaga profesi bisa sampai level bawah agar bisa menjadi ruang ekspresi kader sesuai bakat minat nya. Sehingga kader tidak disorientasi pasca berproses di PMII sudah disiapkan ruang aktualisasi diri sesuai disiplin keilmuan ataupun bakat minat nya.
Dalam organisasi kita PMII yang kurang mendapatkan perhatian adalah kaderisasi informal. Padahal kaderisasi formal, nonformal dan informal itu saling berkesinambungan. Maka menjadi penting kaderisasi informal untuk diperhatikan kembali atau bahkan dimaksimalkan. Di masa yang akan datang kita akan kan mempunyai dokter, ekonom, bisnisman, profesor dan pakar-pakar dari PMII. Semuanya itu akan bisa terwujud ketika kita bersama-sama komitmen untuk mewujudkan bersama.
Menurut hemat penulis, Kaderisasi perlu kerjasama secara intensif dengan lembaga-lembaga profesional PB PMII agar mempunyai kerangka output kader yang jelas. Sehingga pola kaderisasi PMII kedepan akan bercorak lentur namun terarah. Dimaksud lentur dan terarah ini dalam hal mengemas kaderisasi, dan terarah secara output. Jadi, PMII betul-betul akan menjadi kawah Candradimuka bagi generasi muda NU.
Kita bisa memulainya dengan analisis skill kader dan juga bakat minatnya yang selama ini seolah banyak yang patah dalam perjalanan proses. Tim kaderisasi dan pengurus perlu kerja lebih keras dalam rangka mengakomodir skill, bakat dan minat kader agar terarah tanpa meninggalkan nilai-nilai dalam PMII. Jadi, nantinya kader PMII akan mampu berkontestasi dalam segala bidang sesuai ranahnya.
Bahkan kader-kader PMII penting untuk sukses didaerah masing-masing sebagai penopang kaderisasi di daerahnya. Baik secara akademik, finansial maupun secara jaringan masih banyak daerah-daerah masih minim kader yang ambil peran strategis. Padahal ketika kader-kader daerah mampu menengah untuk ambil peran strategis PMII akan mempunyai kekuatan jaringan nasional yang kokoh dengan berpijak akar rumput. Tinggal selanjutnya memikirkan plan distribusi kader secara nasional bahkan Internasional.
Disinilah kita akan menyiapkan diri untuk ambil peran di-Era disruption menuju Era Abundance. Sebagai perumpamaan Era "Disruption" adalah di mana bolanya sekarang. Era "Abundance" adalah ke mana bolanya AKAN MENUJU. Kalau kita masih juga membahas wacana dan menghabiskan waktu bicara era Disruption, kita akan jadi pemain yang baik. Tapi kalau kita menginginkan jadi pemain yang sukses besar (hebat), Kita harus arahkan energi pikiran dan ikhtiar kita untuk menyongsong era Abundance.
Kamis, 17 Februari 2022
Oleh : Solikhan, S. Sos
Tim Kaderisasi Nasional PB PMII
Kunci mbangun peradaban sudah diberikan oleh pencipta Mars PMII. "Ilmu dan bakti kuberikan'.
BalasHapusTerima kasih komentarnya pak, mohon bimbingan Senior
Hapus